31 Des 2009

Sejarah Turunnya Al-Qur'an

Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai kitab suci terbesar telah menyedot perhatian banyak orang. Dalam pandangan umat islam, al-Qur’an merupakan kitab yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi Muhammad sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia. Selama dua puluh tiga tahun, kitab suci ini diturunkan untuk menjawab persoalan-persoalan nyata yang muncul di tengah kehidupan manusia. Ia adalah kitab bacaan yang mendapatkan kedudukan istimewa.
Berangkat dari latar belakang itu lah makalah ini dibuat, agar kita semua mengerti dan paham bahwa al-Qur’an merupakan pedoman hidup kita.


Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menjabarkan hal-hal yang menyangkut dengan al-Qur’an, baik pengertiannya, bagaimana proses turunnya, serta pokok ajaran dalam isi kandungan al-Qur’an, fungsi al-Qur’an dan lain-lainnya.

ARTI DEFINISI & PENGERTIAN AL-QU’RAN
Al-Qur’an adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaiat Jibril sebagai pedoman serta petunjuk umat manusia semua masa, bangsa, dan lokasi. Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul.

2.1.1        Pengertian Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya berarti: membaca], atau bermana Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi).

2.1.2        Pengertian Secara Syari’at (Terminologi)
Adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (al-Insaan: 23).
Dan Allah SWT berfirman kembali:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf: 2).
            Allah SWT telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi ataupun menggantikannya. Allah SWT telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr: 9).

SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN
Para ulama’ Ulumul Al-Qur’an membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam 2 periode. 1 periode sebelum hijrah dinamai makiyah, 2 periode sesudah hijrah dinamai madania. Tapi disini, akan dibagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam tiga periode meskipun pada hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah kumpulan dari ayat makiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat madaniyah.
Periode I
            Ketika wahyu pertam (Iqra’) turun Nabi belum dilantik menjadi rasul, baru ketika ayat kedua turun “wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan” (Q.S. Al-Muddassir:1-2). Pada periode ini berlangsung empat sampai lima tahun dan sebagian besar menolak ajaran Al-Qur’an. Kandungan wahyu ilahi berkisar dalam 3 hal:
Pertama memdidik kepribadian nabi, sabar,tidak dianjurakan pamri (namima), mengagungkan tuhan. Dalam wahyu ketiga beliau dianjurkan shalat malam, membaca Al-Qur’an dengan tartil dan mendakwai keluarga terlebih dahulu.
Kedua    pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dab af’al Allah.
Ketiga   keterangan mengenai dasar-dasar akhlak islamiyah serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup jahiliyah ketika itu.
Periode II
            Periode ini berlangsung delapan sampai sembilan tahun dengan banyaknya kerusuhan antara Islam dan jahiliyah mulai dari fitnah, intimidasi, dan penganiayaan, sehingga ummat nabi terpaksa hijrah ke habsy dan pada akhirnya bersama Rasulallah pindah ke madinah.
            Pada masa ini ayat turun silih berganti kadang memberi berita baik kadang buruk, kepastian adanya hari kiamat, sesuai dengan kondisi dakwa saat itu untuk memperkuat iman ummatnya, dan juga argumentasi tentang keesaan Tuhan kalau Tuhan hanya memerintahkan jadilah maka akan jadi.
Periode  III
            Periode in berlangsung selama sepuluh tahun ini dapat mewujudkan suatu prestasi besar karena penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-ajaran agama di yatsrib (Al-Madinah) dimana pada masa ini timbul bermacam-macam peristwa yang komplek dengan orang yang tidak beriman sehingga turunlah (Q.S. At-Taubah:13-14) menyeru memerangi kaum tidak beriman yang telah memulai peperangan.
            Adakalanya merupakan perintah yang tegas disertai dengan konsidernya, seperti yang tersebut dalam (Q.S. Al-Ma’idah:90-91), terdapat juga ayat yang menerangkan akhlak dan suluk (Q.S. An-Nur:27) yang harus diikuti dalam kehidupan sehari-hari.
            Semua ayat ini memberikan bimbingan kepada kaum muslim menuju jalan yang diridhoi Allah disamping mendorong mereka untuk berjihad dijalan Allah, sambil memberikan didikan akhlak dan suluk yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi.
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan perantaraan maliakat Jibril sebagai pengantar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW ke dalam hati di gua hira’ pada bukit (Jabal) Nur sekitar 6 kilometer di pinggiran kota Mekah. Pada tanggal 17 Ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia atau berumur 41 tahun yaitu surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 dan beliau pun langsung memahaminya. Hal ini disebutkan dalam Al-baqarah ayat 2:
Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizing Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
            Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al-Qur’an itu kepada para sahabatnya. Mereka menuliskannya di pelepah daun-daun kering, batu, tulang dan lain-lain. Pada saat itu belum ada kertas seperti zaman modern sekarang ini. Kemudian para sahabat langsung menghafalnya dan mengamalkannya. Demikian Al-Qur’an difahami dengan menghafal. Bukan dengan sekedar membaca.
            Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan Yamamah misalnya, banyak para sahabat penghafal Qur’an yang mati syahid. Melihat kondisi ini Umar pun meminta Abu Bakar sebagai halifah untuk membuat Mushaf Al-Qur’an. Abu Bakar sempat menolak. “Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?” ujar Beliau. Tapi dengan gigih Umar bin Khattab  menjelaskan urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan kaum muslimin dimasa yang datang. Akhirnya Abu Bakar pun dapat diyakinkan dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.
            Abu Bakar pun meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata: ”Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan?”. Tapi akhirnya Zaid pun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-shahifah yang tersebar di tangan para sahabat yang lain. Batu, daun-daun kering, tulang, dan lain-lain itupun disimpan di rumah Hafsah.
Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al-Quran selesai sebanyak lima buah. Satu disimpan Utsman dan empat yang lain disebar ke: Makkah, Syria, Basrah, Tabi’it dan Thabi’I tabiin mempelajari Al-Quran dengan menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.
Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama Al-Qur’an diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.

2.1.3        Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur
1.      Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.
Allah berfirman: “Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan:32).
2.      Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an karena menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja yang (tak perlu melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3.      Supaya mudah dihapal dan dipahami.
4.      Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya.
5.      Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.


NAMA-NAMA AL-QUR’AN
Adapun nama-nama al-Qur’an, yaitu:
(a)   Al-Qur’an. Yang berarti “bacaan”. Dalil ini dapat kita lihat pada ayat An-Naml: 1)
“Inilah ayat-ayat Al-Qur’an. Dan Kitab yang member penerangan.”

(b)   Al kitab (kitabullah), yang merupakan sinonim dari kata Al-Qur’an. Yang artinya, tulisan yang lengkap. Dan merupakan kitab suci sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Nama ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 2:
“Itu (Kitabullah). Tidak disangsikan lagi (kebenarannya). Dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang Taqwa.”

(c)    Adz-zikr, artinya “peringatan”. Bagi orang yang beriman kepada Allah. Nama ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 9:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Az-Zikra (Al-Qur’an). Dan sesungguhnya Kami pula yang memeliharanya”.

(d)   Al-furqoon, artinya pembeda. Yaitu membedakan yang benar dan yang bathil. Nama ini diterangkan dalam surat Al-Furqan ayat 1:
“Sangat Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqoon kepada hamba-Nya (Muhammad). Agar ia member peringatan kepada seluruh ‘Alam”.

(e)    As-suhuf, artinya lembaran-lembaran, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Bayyinah ayat 2:
“(yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al-Qur’an).

(f)     Al-Mau’idhah, artinya nasihat, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 57:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk derta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

(g)   Asy-Syifa, artinya obat, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 57:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk derta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

(h)   Al-Huda, artinya pemimpin, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Jinn ayat 13:
“ Dan sesunguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur’an), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhan-Nya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.”

(i)     Al-Hikmah, artinya kebijaksanaan, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Bani Isra’il ayat 39:
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).”

(j)     Al-Hukmu, artinya keputusan, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 37:
“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.”

(k)    Al-Khoir, artinya kebaikan, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 103:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercera-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”

(l)     Ar-Ruh, artinya roh, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 52:
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dn sesungguhnya kamu benar-benar member petunjuk kepada jalan yang lurus.”

(m) Al-Muthohharoh, artinya disucikan, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat ‘Abasa ayat 14:
“Yang ditinggikan lagi disucikan.”

Selain dari nama-nama tersebut, masih ada lagi nama bagi Al-Qur’an. Imam As-Suyuthi dalam kitabnya berjudul Al-Itqoon. Menyebutkan beberapa nama, diantaranya: “Al-Mubiin”, “Al-Kariim”, “Al-Kalam”, “An-Nuur”.

PEMBAGIAN SURAT DALAM AL-QUR’AN
Al-Qur’an terdiri dari 114 surat; 91 surat tirun di Mekah dan 23 surat turun di Madinah. Ada pula yng berpendapat, 86 surat turun di Mekah dan 28 surat turun di Madinah.
Surat yang turun di Mekah dinamakan Makkiyah, pada umummnya surat pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan aklhaq, panggilannya ditunjukan kepada manusia. Sedangkan surat yang turun di Madinah disebut Madaniyyah, pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari’ah). Diperkirakan 19/30 turun di Madinah. Atas inisiatif para ulama maka kemudian Al-Qur’an dibagi-bagi menjadi 30 juz. Dalam 30 juz dibagi kepada setengah juz, seperempat juz, maqra, dan lain-lain.
Pembagiannya, adalah:
1.      Assabi’uthiwaal, yaitu tujuh surat yang panjang. Ketujuh surat ini yaitu al-Baqarah, al-A’raf, Ali Imran, an-Nisa, al-An’am, al-Maidah, dan Yunus.
2.      Al-Miuun, yaitu surat yang berisi seratus ayat lebih. Maksudnya surat-surat tersebut memiliki ayat sekitar seratus ayat atau lebih. Misalnya, surat Hud, Yusuf, dan At-Taubah.
3.      Al-Matsaani, yaitu surat-surat yangt berisi kurang dari seratus ayat. Maksudnya surat-surat tersebut kurang dari seratus ayat. Misalnya, surat al-Anfal, ar-rum, dan hijr.
4.      Al-Mufashshaal, yaitu surat-surat pendek seperti al-Ikhlas, ad-Duha dan an-nasr.
Surat- surat seperti ini kebanyakan ditemukan dalam juz ke 30.

KEDUDUKAN & FUNGSI AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mukjizat bagi Rasulullah Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim, dan sebagai korektor serta penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya, dan bernilai abadi. Sebagi mukjizat, l-Qur’an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai halifahnya dimuka bumi. Disamping itu Dia juga memberikan bekal kepada manusia dengan bekal yang memandunya supaya dapat menjalankan tugas kekhalifahan, yakni Al-Qur’an Al-Karim.
Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia dalam mengarungi tugas kekhalifahannya dimuka bumi, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185. Namun demikian, yang mampu mengambilnya sebagai petunjuk hanyalah orang-orang yang bertakwa (Q.S. Al-Baqarah:2).
Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa sikap kebanyakan manusia dimasa-masa sekarang ini terhadap kitab Allah SWT, ibarat manusia yang diliputi dengan kegelapan dari segala penjuru. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, karena dihadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur’an, cahaya sempurna (Hadits Tsulatsa/23-24).
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelum kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjukki dengan siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (Q.S Asy-Syu’ra:52)
Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan Al-Qur’an sebagai ruh yang berfungsi menggerakkan sesuatu yang mati, mencairkan kejumudan dan membangkitkan kembali semangat umat sehingga ia bisa menunaikan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.
Al-Qur’an berfungsi sebagai berikut:
1.      Sebagai Petunjuk bagi Manusia.
Allah SWT menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia, seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah dan Q.S. Al-Fusilat.

2.      Sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam.
Fungsi al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam sudah di yakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum Islam. Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanuisaan secara umum seperti hukum, ibadah, ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan seni.

3.      Sebagai Peringatan dan Pelajaran bagi Manusia.
Dalam al-Qur’an banyak diteangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu, baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran-Nya. Bagi kita, umat yang akan datang kemudian tentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diteangkan dalam al-Qur’an.

4.      Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad SAW.
Turunnya al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimiliki oleh nabi Muhammad SAW.

Interaksi dengan Al-Qur’an:
            Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang beerinteraksi dengan Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan. Allah SWT berfirman:
            “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?”
(Q.S Al-Anbiya:10)

            Interaksi ini harusnya dilakukan secar utuh baik secara tilawatan (menguasai cara membacanya sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid dan mampu membacanya diwaktu siang dan malam), Fahman (memahami kandungan ayat-ayat yang dibaca), Amalan (kemampuan mengamalkan Al-Qur’an dalam ehidupan atau membumikan Al-Qur’an) maupun Hifzhan (kemapuan menghafalkan ayat demi ayat Al-Qur’an). Itulah empat bentuk interasi yang diinginkan oleh Al-Qur’an kepada setiap muslim.

Upaya membangun ruh Al-Qur’an bagi kaum muslimin dan kiat-kiatnya:
Agar bisa berinteraksi kembali dengan Al-Qur’an, maka perlu disadarkan kembali kewajiban-kewajiban kita dihadapan Al-Qur’an.
Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengungkapkan beberpa kewajiban muslim terait dengan Al-Qur’an yakni:
1.      Seorang muslim harus memilki keyakina yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT. Sistem sosial apapun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an pasti akan menuai kegagalan.
2.      Kaum muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang ita lalui sedangan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT melalui Al-Qur’an.
Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum salaf. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur’anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalannya. Bahkan mereka mencurahan waktunya untuk itu. Sunnah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari 1 bulan dan tidak kurang dari 3 hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan”.
3.      Ketika membaca Al-Qur’an kita harus memperhatikan adab-adab ketika membacanya. Demikian pula saat kita mendengarkan Al-Qur’an harus memperhatikan adab-adabnya hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya.

Setelah kita mengimani bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya penyelamat kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya, baik dalam tingkatkan individu maupun hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat atau hukum-hukum yang beraitan dengan penguasa.

TUJUAN POKOK AL-QUR’AN
1.      Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kpercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.      Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3.      Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, “Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

POKOK AJARAN DALAM ISI AL-QUR’AN
1.      Akidah.
Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan. Akidah Islam adalah keyakinan atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim. Dalam Islam, akidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang muslim. Akan tetapi, akidah atau kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan dalam amal perbuatan dan tingah laku sebagai seorang yang beriman.

2.      Ibadah dan Muamalah--Pengabdian terhadap Allah SWT.
Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dan muamallah. Menurut Al-Qur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka beribadah kepada Allah. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Az-zariyat ayat 56. Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial. Manusia memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi. Komonikasi dengan Allah atau hablum minallah, seperti shalat, membayar zakat dan lainnya. Hubungan manusia dengan manusia atau hablum minanas, seperti silahturahmi, jual beli,t ransaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah, tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 82.

3.      Hukum--Mengatur Tingkah Laku Manusia.
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana, hukum musyawarah, hukum perang, hukum antar bangsa.

4.      Akhlak--Sikap dan Perilaku terhadap Allah SWT, Sesama Manusia dan Makhluk Lain.
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral. Akhlak, di samping memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia, juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Nabi Muhammad SAW berhasil menjalankan tugasnya menyampaikan risalah islamiyah, antara lain di sebabkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap akhlak. ketinggian akhlak Beliau itu dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4.

5.      Kisah-kisah Umat terdahul--Teladan dari Kejadian Di Masa Lalu.
Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menaruh perhatian penting terhadap keberadaan kisah di dalamnya. Bahkan, di dalamnya terdapat satu surat yang di namakan al-Qasas. Bukti lain adalah hampir semua surat dalam Al-Qur’an memuat tentang kisah. Kisah para nabi dan umat terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an antara lain di jelaskan dalam surat al-Furqan ayat 37-39.

6.      Isyarat Pengemban Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Al-Qur’an banyak mengimbau manusia untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti dalam surat ar-rad ayat 19 dan al zumar ayat 9. Selain kedua surat tersebut masih banyak lagi dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dalam kedokteran, farmasi, pertanian, dan astronomi yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia.

Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah dan makhluk lainnya.
Didalamnya terdapat perturan-peraturan seperti:
a.       Beribadah langsung kepada Allah
(Al-Baqarah:43,183,184,196,197; Hud:114)
b.      Berkeluarga
(An-Nisa’:3,4,15,19,20,25; Al-Baqarah:221; An-Nur:32 ;Al-Mumtahanah: 10,11)
c.       Bermasyarakat
(An-Nisa’:58; Al-Hujarat:10,13; Al-Mukminun:52; Al-Anfal:46 Al-Baqarah:143)
d.      Berdagang
(Al-Baqarah:275,276,280; An-Nisa’:29)
e.       Hutang Piutang
(Al-Baqarah:282)
f.       Warisan
(Al-baqarah:180; An-Nisa’:7-12,176; Al-Ma’idah:106)
g.      Pendidikan dan pengajaran
(Ali-Imran:159; An-Nisa’:9; Al-Maidah:63; Lukman:13-19; Asy-Syu’araa’;39-40)
h.      Pidana
(Al-Baqarah:178; An-Nisa’:92-93; Al-Maidah:38; Yunus:27; Bani Israil:33; Asy-Syu’araa’:40)
i.        Dan aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan dapat sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu.
(Al-A’Raf:158; Saba’:28; Al-Anbiya’:107)
j.        Setiap muslim diperintahkan untuk melakukan seluruh tata nilai tersebut dalam kehidupannya.
(Al-Baqarah:208; Al-An’am:153; At-Taubah:51)
k.      Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang Al-Qur’an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa.
(Al-Ahzab:36)
l.        Melaksanakannya dinilai ibadah
(An-Nisa’:69; An-Nur:52; Al-Ahzab:71)
m.    Memperjuangankannya dinilai sebagai perjuangan suci.
(As-Saff:10-13; At-Taubah:41)
n.      Mati karenanya dinilai sebagai mati syahid.
(Ali Imran:157,169)
o.      Hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi.
(An-Nisa’:100; Ali Imran:195)
p.       Dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq dan kafir.
(Al-Maidah:44,45,47)

KEISTIMEWAAN &  KEUTAMAAN AL-QUR’AN DIBANDINGKAN DENGAN KITAB LAIN
Al Qur'an adalah kitab suci umat islam yang diturukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul, memiliki berbagai keistimewaan ataupun keutamaan dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya sebagai berikut di bawah ini :

1.      Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman ataupun periode waktu,
2.      Susunan ayat yang mengagumkan dan mempengaruhi jiwa pendengarnya,
3.      Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwa,
4.      Dapat digunakan sebagai dasar pedoman kehidupan manusia,
5.      Menghilangkan ketidakbebasan berfikir yang melemahkan daya upaya dan kreatifitas manusia (memutus rantai taqlid),
6.      Memberi penjelasan ilmu pengetahuan untuk merangsang perkembangannya,
7.      Memuliakan akal sebagai dasar memahami urusan manusia dan hukum-hukumnya,
8.      Menghilangkan perbedaan antar manusia dari sisi kelas dan fisik serta membedakan manusia hanya dari takwanya kepada Allah SWT.

Al-Qur’an Pedoman Hidup Muslim

هَذَا بصََائرُِ لِلناَّسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْم يوُقِنوُنَ
“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini” (Q.S. Al- Jaatsiyah: 20).
Al-Qur’an adalah kitab suci sebagai Kalam Ilahi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi yang meyakini, mempelajari dan mengamalkannya.
Al-Qur’an adalah bak lautan yang luas, tenang, jernih dan suci. Kedalaman makna kandungannya hanya dapat dimengerti dan dipahami oleh mereka yang berhati suci pula. Al-Qur’an adalah sumber hidayah, bagaikan serat yang membentuk tenunan kehidupan orang mukmin, dan ayat-ayatnya bagaikan benang yang menjadi rajutan jiwanya. Al-Qur’an adalah ruh yang memberikan kehidupan hakiki bagi mereka yang berpedoman kepadanya. Al-Qur’an adalah syifa’, obat penawar segala macam penyakit rohani manusia. Al-Qur’an adalah Nuur, yang memberi cahaya bagi mereka yang berkelana di padang pasir kegalauan, meraba-raba dalam kegelapan. Al-Qur’an adalah Al-Huda, petunjuk jalan menuju Hidayah Allah, jalan yang lurus dan terang menderang bagi yang mengarungi samudera Ma’rifah menuju hakekat Uluhiyah dan Rububiyah. Dan Al-Qur’an adalah rahmat dan nikmat bagi hamba-hamba Allah yang bertualang mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
لَقَدْ أنَزَْلْناَ إلَِيكْمُْ كتِاَباً فِيهِ ذِكرُْكمُْ أفََل تعَْقِلُونَ
“Sesungguhnya telah Kami turunkan sebuah kitab (Al-Qur’an) kepadamu, yang didalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu, apakah kamu tiada memahaminya?” (Q.S. Al-Anbiya: 10).
Rasulullah bersabda:
إنَِّ اللهَ يرَْفَعُ بهَِذَا القُرْآنِ أقِْوَامًاوَ يضََعُ آخَرِينَْ
“Allah akan mengangkat (kedudukan) beberapa kaum dengan Al-Qur’an ini, dan Allah akan meletakkan (merendahkan) kedudukan sebagian yang lain. (H.R. Muslim).

Karena itu, kaum muslimin harus benar-benar yakin bahwa hanya dnegan Al-Qur’an-lah umat silam dapat maju ke arah kesempurnaan. Kuat atau lemahnya, maju atau mundurnya umat Islam tergantung kepada sikapnya dan pemahamannya terhadap Al-Qur’an.
Syekh Muhammad Al-Ghazali, seorang ulama kharismatik dari Mesir dalam bukunya “Kaifanata’ammal Ma’al Qur’an” mengatakan “Sikap sekarang terhadap Al-Qur’an sangat memprihatinkan, seolah-olah Al-Qur’an dibicarakan kepada mereka dari tempat yang yang sangat jauh, dan sangat sulit menemukan orang yang benar-benar berpegang teguh kepada Al-Qur’an . Ini adalah masalah besar yang tidak boleh dibiarkan berlarut begitu saja, bila kita tidak menginginkan keterasingan dari agama dan dari keterasingan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup”.
Dalam Al-Qur’an telah diceritakan tentang orang-orang yang meninggalkan atau acuh tak acuh terhadap Al-Qur’an, dimana mereka yang menolak dan meninggalkan Al-Qur’an itu diadukan oleh Nabi Muhammad SA|W kepada Allah SWT.
Sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah SWT Surat Al-Furqan, ayat: 30
وَقَالَ الرَّسُولُ ياَرَبِّ إنَِّ قَوْمِي اتخََّذُوا هَذَا الْقُرْءَانَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul: “Ya Rabbi, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ni sesuatu yang tidak diacuhkan(Q.S. Al-Furqan: 30)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an, ataukah hati mereka yang terkunci?”. (Q.S. Muhammad: 24)
Secara garis besar, pengamalan Al-Qur’an itu meliputi dua hal, yaitu pengamalan membaca Al-Qur’an dan pengamalan isi kandungan Al-Qur’an.
Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Karena hal itu merupakan wujud ibadah dalam rangka mempelajari, memahami serta mengungkap hukum-hukum Allah yang terkandung di dalamnya. Sehingga Al-Qur’an tidak hanya menjadi “pajangan” dan “jimat” serta “lembaran-lembaran pengusir syeitan” belaka.
Memelihara dan menghidupkan kebiasaan membaca Al-Qur’an seyogyanya dimulai dari rumah tangga, kemudian di lingkungan masyarakat, terutama di Mesjid dan Mushalla serta di tempat pengajian umum lainnya. Kemudian adab dan aturan dalam membaca Al- Qur’an harus pula diperhatikan, terutama dalam hal hukum bacaannya (Tajwid). Fungsi Al-Qur’an bukan hanya sebatas untuk dibaca, apalagi sekedar diperlombakan bacaannya. Kaum muslimun harus kembali mengkaji Al-Qur’an tanpa harusmengesampingkan pentingnya membaca Al-Qur’an.
Pengamalan Isi Kandungan Al-Qur’an
Pengamalan isi kandungan al-Qur’an berarti berfikir, berprilaku, dan berakhlak dengan berlandaskan Al-Qur’an. Seorang muslim harus selalu mengacu atau berpedoman kepada Al-Qur’an, dan gaya hidup yang bertentangan dengan AlQur’an harus ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh dari kehidupan seorang muslim. Rarsulullah SAW pemilik budi pekerti yang paling luhur, menjadi tauladan bagi umat manusia, ternyata akhlak beliau adalah Al-Qur’an, sebagaimana terungkap dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Sayyidah Aisyah r.a.
Pengamalan Al-Qur’an adalah lebih merupakan komitmen moral sebagai seorang muslim, dan pengamalan Al-Qur’an dalam arti berfikir , bertindak serta berprilaku yang Qur’ani harus timbul berdasarkan kesadaran yang mendalam darisetiap individu muslim. Pengamalan Al-Qur’an sebagai ketaatan terhadap hukum Allah, pada dasarnya lebih bersifat pribadi, ia timbul semata-mata berdasarkan dorongan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Al-Qur’an adalah “Jamuan Tuhan”. Rugilah yang tidak menghadiri jamuan-Nya. Dan lebih rugi lagi yang hadir, tetapi tidak menyantapnya. Karena itu, bacalah Al-Qur’an, seakan-akan ia diturunkan kepadamu.