5 Jan 2010

Fatimah Az-Zahra, pribadi agung putri Rasulullah SAW

               Fatimah Az-Zahra adalah putri keempat Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan putri bungsu dari suatu keluarga di mana tak seorang anak lelaki pun yang masih hidup.
            Fatimah Az-Zahra lahir pada tahun ke-5 kenabian. Kehadiran Fatimah laksana bunga yang mekar dengan begitu indahnya. Semerbak harumnya membuat jiwa-jiwa yang lunglai menjadi tercerahkan kembali. Kelahirannya mengakhiri seluruh pandangan dan keyakinan yang batil tentang perempuan. Karena ia anak perempuan yang dilahirkan dalam suatu masyarakat di mana ayah maupun keluarga memberikan nilai khususnya hanya kepada laki-laki.
            Saat Fatimah terlahir, Rasulullah pun menengadahkan kedua tangannya ke langit dan melantunkan doa syukur yang begitu indah. Dengan penuh suka cita, ia peluk si kecil Fatimah. Ia cium keningnya dan menatap wajahnya yang memancarkan cahaya kedamaian.
            Sorotan mata Fatimah, membuat kalbu Rasulullah menjadi amat bahagia. Dengan lahirnya perempuan suci itu, Allah SWT sepertinya membukakan khazanah harta karun alam semesta kepada sang Nabi SAW. Sungguh benar apa yang dikatakan Al-Qur’an, bahwa Fatimah adalah Al-Kautsar. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar, nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
            Surat pendek ini merupakan pesan ilahi yang membuat Rasulullah menjadi begitu gembira dan ia benar-benar meyakini janji ilahi. Fatimah terlahir ke dunia untuk menjadi pemimpin kaum perempuan dan dari keturunannya akan lahir para manuisa-manusia agung penegak agama ilahi dan keadilan.
Rasulullah bersabda, “Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Setiap kali ia beribadah di mihrab dihadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi.”
Keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Fatimah Az-Zahra bukan hanya disebabkan ia adalah putri Rasulullah. Apa yang membuat pribadinya menjadi begitu luhur dan dihoemati, lantaran akhlak dan kepribadiannya yang sangat mulia. Di samping itu, kesempurnaan dan keutamaan yang dimiliki Fatimah as mengungkapkan sebuah haikat bahwa masalah gender bukanlah factor yang bisa menghambat seseorang untuk mencapai puncak kesempurnaan. Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan.
Allah SWT memberikan akal, kekuatan untuk memilih jalan hidup yang benar dan kemampuan untuk memahami hakikat alam semesta, kepada lelaki dan perempuan tanpa perbedaan. Kepribadiaan Fatimah yang begtitu mulia, baik secara personal, maupun di lingkungan keluarga dan sosialnya, menjadikan dirinya sebagai manifrestasi nyata nilai-nilai Islam. Ia adalah contoh manusia teladan, seorang istri dan ibu yang penuh pengorbanan. Ia adalah contoh manusia sempurna yang seluruh wujudnya penuh dengan cinta, iman, dan makfirah.
Fatimah dilahirkan di tengah masyarakat yang tidak mengenal nilai-nilai luhur ilahi, penuh dengan kebodohan dan khurafat. Tradisi batil semacam membangga-banggakan diri, mengubur hidup-hidup anak perempuan, pertumpahan darah dan peperangan menjadi budaya yang telah berakar pinak dalam masyarakat Arab jahiliyah saat itu. Karena Rasulullah SAW pun akhirnya bangkit menyuarakan pesan-pesan suci Islam, menentang tradisi jahiliyah dan diskriminasi gender. Di tengah masyarakat terbelakang semacam itulah, kehadiran Fatimah, putri Rasulullah menjadi tolak ukur perempuan muslim.
Rasulullah SAW, begitu menghormati Fatimah. Sebegitu mulianya akhlak Fatimah itu, sampai-sampai Rasulullah SAW senantiasa memuji dan menjadikannya sebagai putri yang paling ia sayangi dan cintai. Rasulullah bersabda: “Fatimah as adalah belahan jiwaku. Dia adalah malaikat berwajah manusia. Setiap kali aku merindukan aroma surga, aku pun mencium purtiku, Fatimah.” Suatu ketika, Rasulullah SAW kepada purunya itu berkata, “Wahai Zahra, Allah SWT telah memilihmu, menghiasimu dengan pengetahuan yang sempurna dan mengistimewakanmu dari kaum perempuan dunia lainnya.”
Dengan cara itu, Rasulullah sejatinya tengah memerangi pandangan jahiliyah yang melecehkan kaum perempuan. Beliau sangat menentang tindakan yang menghina kaum perempuan. Beliau tak segan-segan mencium tangan putrinya, padahal di masa itu, memiliki anak perempuan merupakan hal yang hina bagi seorang bapak.
Masa kanak-kanak Fatimah berlangsung di masa-masa dakwah Islam yang paling sulit. Puncak kesulitan itu terjadi di masa tiga tahun pemboikotan keluarga Bani Hasyim di Syi’b Abu Thalib yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy Mekkah. Tragisnya lagi di masa yang demikian sulit itu, Fatimah mesti kehilangan ibunda tercintanya, Khadijjah r.a. Kepergian sang ibunda, membuat tanggung jawab Fatimah untuk merawat ayahandanya, Rasulullah SAW kian bertambah. Di masa-masa yang penuh dengan cobaan dan tantangan itu, Fatimah meyaksikan secara langsung pengorbanan dan perjuangan yang dilakukan ayahandanya demi tegaknya agama ilahi.
Begitu juga dengan masa-masa awal pernikahannya dengan Iman Ali a.s saat berada di Madinah. Di masa itu, Fatimah juga melewati masa-masa sulit peperangan dengan kaum musyrikin. Ia pun selalu menjadi tumpuan hati Imam Ali di masa-masa yang sangat kritis saat itu. Saat suaminya pergi ke medan laga, ia menangani seluruh urusan rumah tangganya, merawat dan mendidik putra-putrinya sebaik mungkin. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ia senantiasa berusaha menjadi pendamping yang selalu tulus mendukung perjuangan Rasulullah, dan suaminya, Imam Ali bin Abi Thalib dalam menegakkan ajaran Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar